Jakarta, 7 Februari 2019 – Tahun 2018 menjadi tahun yang menantang bagi dunia siber, termasuk di Indonesia. Negara ini berkomitmen untuk memaksimalkan sistem keamanan siber bagi masyarakat, mulai dari perubahan kebijakan hingga perlindungan infrastruktur. Kedatangan ‘industri 4.0’ merupakan pemicu bagi Indonesia untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang semakin dinamis. Namun, lansekap terhubung baru ini juga diikuti dengan ancaman keamanan yang mengintai. Ulasan ancaman Kaspersky Lab untuk kuartal terakhir tahun 2018 mengungkapkan bahwa di Indonesia 28% pengguna komputer terkena serangan berbasis web, dan lebih dari setengahnya (53,7%) menjadi sasaran ancaman lokal, seperti perangkat USB yang terinfeksi – menjadikan Indonesia negara dengan risiko paling tinggi ke 34 di dunia dalam hal ancaman siber.

WhatsApp-Image-2019-02-07-at-15.04.45f779fad54a92daf4.jpg

Tinjauan ancaman tiap kuartal ini didasarkan pada data yang diperoleh dan diproses menggunakan Kaspersky Security Network (KSN) yang menyediakan wawasan global dan regional tentang ancaman online dan komputer.

Ancaman Online

Serangan melalui browser adalah metode paling utama untuk menyebarkan program berbahaya ke pengguna yang tidak menaruh curiga. Pada periode Oktober – Desember 2018, produk Kaspersky Lab mendeteksi 10.943.947 ancaman cyber-borne Internet yang berbeda pada setiap komputer pengguna KSN di Indonesia (yaitu sebanyak 28%). Fakta ini akhirnya menempatkan Indonesia di peringkat ke-35 di seluruh dunia dalam hal bahaya yang timbul dari penjelajahan web.

kaspersky-real-time-map6c75f441173792d8.png

Metode berikut adalah yang paling sering digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk menembus sistem:

  • Memanfaatkan kerentanan di browser dan plugin (unduhan drive-by)

Dalam insiden seperti ini, pelaku kejahatan siber memanfaatkan bug dalam perangkat lunak browser atau plugin populer untuk menginfeksi pengguna yang mengunjungi situs web yang disusupi. Infeksi terjadi tanpa intervensi dari pengguna dan tanpa sepengetahuan mereka. Banyak yang menggunakan pendekatan ini untuk menargetkan serangan pada korban. Dalam beberapa kasus mereka juga menggunakan malware ‘tanpa file’, yang sulit dideteksi dan dihapus.

  • Rekayasa sosial.

Metode distribusi lain yang banyak digunakan untuk menularkan serangan melalui web adalah rekayasa sosial. Serangan-serangan ini membutuhkan partisipasi dari pengguna, dengan target yang dikelabui untuk mengklik tautan dan mengunduh file berbahaya ke komputer mereka.

Ancaman lokal (berbasis komputer)

Worms dan dokumen bervirus merupakan penyebab sebagian besar insiden berbasis komputer, dengan infeksi sering terjadi melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, serta metode “offline” lainnya.

Pada periode Oktober – Desember 2018, produk Kaspersky Lab mendeteksi 29.865.064 insiden lokal di komputer para pengguna KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, 53,7% pengguna di negara Indonesia diserang oleh ancaman lokal selama periode tersebut, sehingga menempatkan negara Indonesia di peringkat ke-62 di seluruh dunia.

“Dengan semakin banyaknya start-up dan banyaknya inovasi digital dalam perekonomian Indonesia, semua orang mulai dari pemerintah hingga bisnis dan konsumen perorangan diwajibkan untuk menyadari dan beradaptasi dengan kemungkinan ancaman di dunia siber. Saya berharap, pada tahun 2019, orang Indonesia akan menjadi lebih baik dalam mengamankan diri mulai dari identitas, privasi, dan uang mereka secara online,” komentar Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky Lab Asia Pasifik.

Kaspersky-Lab-5-800x45095c833933ca97aad.jpg

Kaspersky Lab menyarankan bahwa untuk melindungi diri dari ancaman online dan lokal, pengguna perlu menginstal perangkat lunak keamanan tingkat bisnis atau konsumen yang mencakup beberapa hal sebagai berikut :

  • Komponen deteksi perilaku yang mampu mendeteksi aktivitas berbahaya bahkan jika kode tidak diketahui
  • Kemampuan pencegahan eksploitasi yang baik dalam mendeteksi dan memblokir upaya malware untuk memafaatkan kerentanan perangkat lunak.
  • Memiliki fitur-fitur pembelajaran mesin terbaik untuk menemukan kode samaran berbahaya dan dikaburkan yang dirancang untuk menembus metode pendeteksian klasik
  • Kemampuan untuk memblokir objek yang terinfeksi agar tidak terhubung ke komputer, termasuk untuk bisnis: firewall, fungsi anti-rootkit, dan kontrol atas perangkat yang dapat dilepas.

Perusahaan, UKM, dan produk-produk Kaspersky Lab memiliki fungsi yang memenuhi kebutuhan tersebut.